Aku teringat bapak pulang dari hutan
Membonceng sayur dan buah-buahan.
Waktu itu,
Cahaya senja terpelosok di matanya
Motor butut dan sebilah golok terselip di joknya
Ia sisiri kumandang magrib
Menjauhi senja yang sebentar lagi gelap
: seperti doa yang menempel di punggungnya.
“Bapak memang bodoh, tapi tidak untuk anakku!”
Ia keluarkan asap kretek dari mulutnya
Matanya memutih menatap langit-langit rumah
Makin jauh dari cahaya lampu di atasnya.
“Pak, sudah kukawinkan
mimpiku dan mimpimu di atas sajadah
dan di atas buku-buku yang berdebu”
Kataku. Malam jadi tugu.
Bapakku tak pernah lupa sujud
Sebab baginya Tuhan
Terlalu murah hati untuk ditinggalkan
Itu sebabnya mengapa bapakku
Tak pernah merasa sendiri ditinggal nasib.
Sanggar Suto, 2006
Senin, 01 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
salam kenal
semangat yang menderu-deru
orang tua yang punya daya
rindu jadinya
pada ayah yang telah tiada
Posting Komentar