Senin, 01 September 2008

Jakarta, Cinta, Dan Tuhan Yang Puisi

1.
Karena sepi itu puisi.
Maka begitulah kupahami dirimu
Gadis yang tumbuh karena mimpi dan rindu
Tiba-tiba lesap ke kalbuku.
Lupa jalan pulang
Di sebuah kota yang petang.

Maka kupulangkan dirimu
Kaupulangkan diriku
Ke dalam rumah yang teduh.
Dan Tuhan menurunkan keadilan yang puisi
Di pusat kota yang tak pernah lelah mengusir mimpi.

2.
Malam dan waktu terbata-bata di jantungku
Lambat dan menikam perpisahan kelabu
Di setasiun ungu, lampu-lampu ungu,
Kereta ungu, dan orang-orang berwajah ungu.

Aku pergi kau jauh
Resah bertemu dalam rindu yang gaduh.
Kapan mesti kembali
Adalah rahasia paling puisi.

Begitulah kutemukan dirimu
Gadis yang tumbuh oleh mimpi dan rindu
Di antara jerit kesakitan masa lalu
Yang melulu biru.

3.
Begitulah dirimu
Yang ditanam diam-diam di malam ungu.
Dan pagi ini,
Pohon di hatiku sudah berbunga
Boleh kau petik satu
Untuk kauselipkan di telingamu.
Dan jika nanti sudah berbuah
Boleh kau panen semuanya.
Hanya untukmu
Karena semua akan kembali padamu
Pada muasal benih tanahmu.

Jogja, 2008

4 komentar:

labalaba mengatakan...

Great. Salam kenal. http://www.toegoe.blogspot.com

Kedung Darma Romansha mengatakan...

trimakasih........lam kenal juga...

Cipto Arya Setya mengatakan...

menurut Kak Kedung apa sih makluk yang namanya puisi itu?

Cipto Arya setya

Kedung Darma Romansha mengatakan...

puisi itu puisi.