Awalnya aku tak begitu yakin
Menulis surat untukmu
Tapi malam terus saja melipat
Gaunnya lambat-lambat
Yang panjang dan membosankan.
Menanti fajar yang masih juga sama
Ketika cahayanya menyeruak wajah bumi
Yang masih diawali dengan cerita itu-itu juga.
Dari kebosanan ini
Aku beranikan diri
Menulis surat di kelam luka sunyi
Hanya untukmu.
Begini pak,
Saya tak begitu mengerti
Apa negeri kita ini kekurangan doa
Begitu kudengar desas-desusnya
Dari berbagai ulama tentang banyaknya bencana.
Saya pun tak begitu mengerti
Apa negeri kita ini kekurangan simpanan
Begitu masih banyak orang-orang kelaparan di jalanan.
Pak, malam yang teramat lambat ini
Mungkin tersangkut di bagian entah di hati kita
Rasanya teramat ganjil untuk ditinggal tidur
Rasanya kurang nyaman untuk tidak ditulis dan dibicarakan.
:
Lihat pak! Masih beruntung anak-anak bisa disekolahkan
Karena orangtua begitu ingin anak mereka diangkat derajatnya
Meski keringat sudah lama kering dan dingin
Tapi mereka terus mencangkul mimpinya
Untuk menanam bibit di tanah ini.
Masih beruntung, Pak
Kita mempunyai bapak dan ibu seperti ini
Masih beruntung mempunyai orangtua
Yang begitu cinta kepada tanah kelahirannya.
Pak, pikiran kita mungkin berbeda
Tapi saya kira hati kita sama,
Hati seluruh negeri yang hampir tergadai kepercayaannya.
Begitulah sekiranya, Pak
Kadang hal kecil memang terlupakan
Tanpa sadar justru itu yang membuat kita bertahan
Untuk belajar percaya dan menuntaskan hidup.
Pak, saya harap setelah menulis surat ini
Setidaknya saya bisa tidur dengan damai
Meski sebenarnya ada sedikit sesuatu
Yang mengganjal di pikiran saya
Tapi saya kira itu tidak bisa diselesaikan malam ini juga.
Salam cinta dari saya.
Bumi Negeri, 29,04, 2007
Senin, 01 September 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar